Saturday, September 29, 2012

D i n d i n g

Sore yang cerah dengan keteduhan sinar mentari dan sejuk usapan ringan angin bertiup, kumencoba menuntaskan bacaan yang cukup berat..namun hingga sore segera beranjak tak juga beres otakku mencerna. Ada apa? aku mendapati diriku tak lagi fokus pada tujuan hidupku..sejak kapan? aku berharap ini hanya proses sementara yang akan segera berlalu begitu segalanya kembali normal. proses apa?sementara bagaiamana?segera kapan? segalanya apa? normal yang bagaimana? Duuhh..pertanyaan-pertanyaan yang nyaris membuatku terpuruk dibawah ambang sadar manusia normal dan mengetukkan kepalaku pada dinding ini lagi (apakah saat ini aku meng-klaim diriku tidak lagi normal?) entahlahh...

Seperti kemarin dan kemarin, sore yang cerah hari ini pun berbagai bisikan kepentingan dalam dadaku bergejolak..membuat kerja otakku terbelah dan semakin berat (ohh..mungkinkah itu penyebab aku tidak mampu menuntaskan bacaanku sore ini? hmmm). Dan seperti kemarin dan kemarin aku dapati diriku kembali terkurung sendiri oleh dinding dingin berukuran sempit. Jika dinding ini bisa bersaksi (mungkinkah di penghujung waktu dia juga akan turut bersaksi?) dia tentu sudah jenuh dengan keluhan dan isak tangisku yang aku sendiri tak mampu lagi menampungnya...dia mungkin akan bereaksi yang sama dengan yang lainnya  tertawa dan sinis akan keluhan dan isak tangisku yang aku sendiri tak mampu lagi membendungnya...dia mungkin akan mengerutkan keningnya (tentu jika dia memiliki kening) dan menoleh tak acuh pada keluhan dan isak tangisku yang aku sendiri tak tau untuk apa...hhhhh. Tapi untunglah dinding (hanya) benda mati yang tak punya rasa jenuh, tak punya alasan untuk bereaksi dan tak memiliki organ tubuh sekedar untuk memperlihatkan tidaksenangannya..terimakasih dinding..sewaktu-waktu mungkin ada baiknya aku berpola bagai dinding saja...

Tapi tidak seperti kemarin dan kemarin, hari ini ada yang berbeda...setidaknya aku akan berusaha untuk membuatnya berbeda. Hari ini aku bertoleransi dengan dinding dingin berukuran sempit ini..aku harus menjadi pemenang..ketika terbentur pada betapa susahnya bahu, telinga dan hati itu kugapai, hingga terkadang membuatku menjadi orang lain dalam diriku sendiri, biasanya aku berakhir dengan pandangan kosong menatap lurus pada dinding dingin ini. Terkadang aku ingin seperti mereka..punya canda dan punya wajah lain yang mampu memberi senyum dan memaknai canda mereka...kalau sudah seperti ini aku biasanya kalah dan kembali terpuruk dalam sepinya kesendirian. Tapi hari ini aku harus menjadi pemenang. Pemenang atas keluhan dan isak tangisku sendiri...yahh setidaknya aku tidak akan menyusahkan dan menyesakkan dinding itu lagi..Setidaknya akan kumaknai sepinya kesendirian dengan muatan positif, setidaknya aku bisa bertahan dalam kesendirian menyaksikan waktu bergulir, setidaknya aku berusaha memaknainya...atau setidaknya aku tidak akan menangis dan mengemis meminta perpanjangan waktu...piss bro :)

No comments: